TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu pedagang beras di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, bernama Ningsih, adalah satu-satunya pedagang di pasar yang berhasil membeli langsung beras bersubsidi dari Bulog tanpa perantara. Namun hal itu didapatnya lewat setelah mengurus beragam persayaratan dan melalui proses pembelian yang panjang.
"Itu prosesnya 1,5 bulan dari awal pemesanan sampai dikirim," kata perempuan berusia 52 tahun tersebut saat ditemui Tempo di kiosnya pada Jumat, 17 Maret 2023.
Baca Juga:
Ningsih menceritakan pengajuan pembelian beras Bulog dilakukan sejak awal Februari lalu untuk sebanyak 5 ton. Beras yang ia pesan baru sampai pada Selasa, 14 Maret 2023. Sejumlah persyaratan yang harus ia lengkapi, di antaranya adalah Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), kartu tanda penduduk, dan materai.
Beras Bulog yang ia beli langsung dari kantor pusat itu dibanderol dengan harga Rp 8.550 per kilogram. Ditambah biaya transport, ia menghitung totalnya menjadi Rp 8.650 per kilogram. Adapun harga beras Bulog untuk pedagang ditetapkan Rp 8.200 sampai Rp 8.900 per kilogram.
Sebelum membeli langsung dari Perum Bulog, ia mengaku sempat membeli beras Bulog dari Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta Timur. Namun harganya jauh lebih tinggi dari ketentuan pemerintah. Dia mengaku mendapatkan beras Bulog di harga Rp 9.700 per kilogram.
"Dengan harga Rp 9.700, mau dijual harga berapa nantinya? Belum biaya transportasinya," tutur Ningsih.
Namun karena stok beras di pasar terus menipis, Ningsih dan pedagang lainnya terpaksa membeli beras Bulog di PIBC dengan harga tinggi. Ia pun mengaku heran mengapa harga masih melonjak, mengingat Bulog telah mengimpor beras dari sejumlah negara sejak akhir 2022 lalu.
Ningsih yang mengetahui harga beras Bulog telah ditetapkan maksimal Rp 8.900 per kilogram kemudian mempertanyakannya kepada para penjual di PIBC. Di kios tempatnya membeli juga terpasang poster yang berisi keterangan harga beras Bulog untuk para pedagang eceran seperti dia.
Selanjutnya: "Saya sudah tahu, ada plang..."